LOMBOK TIMUR - Otak Aiq Tojang merupakan salah satu obyek Wisata Alam yang berada di Dusun Gelogor Desa Lendang Nangka kecamatan Masbagik Lombok Timur. Saat ini obyek wisata tersebut tengah membutuh perhatian serius dari Pemerintah Daerah. Sebab sumber mata Air dengan debit sekitar ± 850 liter per detik itu sangat strategis untuk dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar baik sebagai Air irigasi maupun obyek wisata.
Ketua Badan Pengelola Kawasan Wisata Otak aik tojang Samsul Bahri menyebutkan, bahwa sebenarnya obyek wisata tersebut dimiliki oleh beberapa instansi yakni ada kawasan yang masuk dalam wilayah hutan dan ada lokasi tanah yang masuk menjadi milik Pemerintah Kabupaten Lombok Timur. Serta Kawasan bendungan dan penyangganya milik pemerintah provinsi Nusa Tenggara Barat. Pemanfaatan aliran airnya digunakan sebagai sumber air minum bagi beberapa daerah yang dikelola Perusahan Daerah Air Minum (PDAM).
Dan termasuk juga sebagai sumber air bagi irigasi pertanian dan kawasan wisata bagi wisatawan lokal yang ingin menikmati segarnya mata air.
"Kawasannya berada dengan luas sekitar 32 ribu meter persegi dan didalamnya ada bendungan,"sebutnya.
Dikatakan Bahri, bahwa dalam hal pengelolaan pihaknya baru satu tahun mengelolanya sehingga yang ditemukan nya seperti apa adanya. Namun semenjak dikelola beberapa hal yang perlu menjadi perhatian agar menjadi daya tarik tersendiri bagi para pengunjung.
"Baru Berjalan berjalan beberapa saat rupanya kebutuhan air buat para petani meningkat dan membuat air tidak bisa dibendung,"sebutnya.
Permasalah utama di obyek wisata aik tojang yang dialami Bahri adalah menjemen Pengelolaan yang masih saling tarik ulur. Sebut saja saat Air butuh untuk dibendung tidak bisa dilakukan sebab airnya mengalir seperti sungai. Sehingga pihaknya bisa memaklumi saat petani butuh Air. Dinamika demikian akhirnya mempengaruhi pengelolaan kawasan yang menyebabkan terjadi perubahan debit aliran yang mengakibatkan perubahan dalam
penyaluran Air irigasi.
"Dampak yang sering terlihat adalah terjadinya pemanfaatan air yang
tidak terkelola dengan baik dan menyebabkan kawasan tidak maksimal,"sebutnya.
Lanjut Dikatakan Bahri, bahwa Kondisi bendungan saat ini memang memerlukan perhatian yang lebih serius, secara fisik bendungan yang dibangun pada era tahun 70-an itu sudah cukup tua sehingga beberapa bagian mengalami kerusakan.
Dan dasar bendungan terus menerus terjadi pendangkalan akibat erosi dari arah lahan yang lebih tinggi.
"sampah seperti dedaunan maupun kiriman dari yang lebih di tinggi semakin banyak,"sebutnya.
Ia, bersama rekan pemuda yang lainnya mencoba menginventaris semua kebutuhan dan permasalahan dan pihaknya telah menyampaikannya kepemerintah Daerah. Sehingga saat ini pihaknya masihmenunggu jawaban.
"Setelah kami mengelola, kami banyak melibatkan pemuda sebab ada dampaknya secara ekonomi,"sebutnya.
Dikatakan Bahri, bahwa pihaknya terus berusaha keras untuk mencari solusi, baik secara teknis tentang kebutuhan pengelola yang bisa dipenuhi dalam mengembangkan obyek wisata tersebut.
"Alhamdulillah sudah masuk jadi salah satu obyrk pembangunan dari Pemerintah Kabupaten Lombok Timur,"sebutnya.
Dan untuk di maklumi sampai saat ini Pemerintah Desa belum memiliki andil dalam menata obyek tersebut. Hanya saja beberapa waktu yang lalu pemerintah Desa pernah menganggarkan perbaikan rumah jaga yang ada dilokasi tersebut.
"Ada kesulitan dalam mengalokasikan Dana Desa kesana sebab wilayah itu tidak masuk wilayah Desa,"sebutnya.
Bahri mengakui bahwa, saat ini pihaknya masih kesulitan dalam mengelola objek wisata tersebut sebab dalam melakukan sebuah perubahan segala sesuatunya tentu membutuhkan biaya yang cukup besar sementara saat ini situasi sedang sepi dan objek wisata sedang ditutup.
"ya kita istirahat aja dulu. untuk saat ini kami hanya melibatkan beberapa pemuda yang dekat dengan lokasi wisata itu untuk menjaganya dan sampai saat ini Kami sedang menunggu solusi yang sudah didesain tentang pembangunan kedepan,"katanya.
Sementara itu Ketua Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Desa Lendang Nangka Sunarno berharap agar adanya komitmen bersama antara Pemerintah Daerah dengan Pemerintah Desa dalam mengelola wilayah tersebut dalam menjalankannya wisata alam yg tertata rapi.
"Alangkah bagusnya kalau dari pemdes lewat bumdes, memanfaatkan mata air untuk produksi air mineral dan sekaligus wisata edukasi,"harapnya.
Lanjut Sunar menilai bahwa, dengan adanya produksi air minum akan membuka lapangan pekerjaan bagi kaum muda dan meminimalisir angka pengangguran sehingga kedepan kalau ada hal-hal yang tidak diinginkan terjadi semua masyarakat kompak memperjuangkannya. "Saya yakin pemda tidak akan bisa apa-apa. Yang penting ada ke transparanan, kebersamaan dan ketegasan insyaAllah kita bisa,"sebutnya. (*).